Jumat, 06 Mei 2016

PERAN MANUSIA DALAM KEINDAHAN LINGKUNGAN

 Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna, dan sebaginya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.


Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikniati keindahan. Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tank yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena 1 itu tiruan lukisan Monalisa’tidak indah, karena dasamya tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.





Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu bare jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu barn dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk. Dengan bentuk itu keindahan dapat berkomunikasi. Jadi, sulit bagi kita jika berbicara mengenai keindahan, tetapi jelas bagi kita jika berbicara mengenai sesuatu yang indah.
Jadi keindahan pada dasamya adalah sejumlah kwalita, pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast). Dan ciri itu dapat diambil kesimpulan, bahwa keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebaikan dari garis, wama, bentuk, nada dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat, bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu 
dengan Si pengamat.




Sifat Keindahan:
Ø   Keindahan itu kebenaran (bukan tiruan)

Ø   Keindahan itu abadi (tidak pernah dilupakan)

Ø Keindahan mempunyai daya tarik (memikat perhatian orang, menyenangkan, tidak membosankan)

Ø   Keindahan itu universal (tidak terikat dengan selera perseorangan, waktu dan tempat)

Ø   Keindahan itu wajar (tidak berlebihan dan tidak pula kurang atau menurut apa adanya)

Ø   Keindahan itu kenikmatan (kesenangan yang memberikan kepuasan)

Ø  Keindahan itu kebiasaan (dilakukan berulang-ulang. Yang tidak biasa dan tidak indah namun karena dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi biasa dan indah)
  
Terumbu Karang


Terumbu karang merupakan ekosistem laut dangkal yang sangat produktif dan khas terdapat di daerah tropis. Terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang (filum Scnedaria, kelas Anthozoa, ordo Madreporaria Scleractinia), alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat, (Nybakken, 1992). Unit dasar dari pembentuk terumbu adalah polip karang yang bersimbiosis dengan alga yang hidup pada jaringan karang. Hubungan simbiosis ini adalah faktor kunci yang menjelaskan persyaratan lingkungan yang ketat bagi pertumbuhan karang karena alga yang bersimbiosis ini memerlukan cahaya untuk melakukan fotosintesis dan dengan mudah dapat di musnahkan oleh sedimentasi.

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat tinggi produktivitas organiknya dibandingkan dengan ekosistem lainnya dan juga keanekaragaman hayatinya. Selain memiliki fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan bermain bagi berbagai biota; ekosistem terumbu karang juga menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara.
Selain itu, terdapat beberapa spesies yang berasosiasi dengan terumbu karang – anemon laut, kuda laut, dan lain-lain – yang merupakan bahan pembuatan obat-obatan seperti antibiotik, anticoagulant, antileukemic, cardioactive, dan penghambat pertumbuhan kanker.


Selain itu, terumbu karang merupakan sumber dari pembuatan hiasan dari karang (ornamental corals); karang yang luas dan batu kapur karang yang keras digunakan sebagai bahan pembuatan jalan dan bangunan serta bahan baku industri. Karang batu juga ditambang secara intensif untuk pembuatan kapur. Kegunaan tersebut di atas sering menimbulkan konflik dengan kebutuhan untuk memelihara terumbu karang guna mendukung produksi ikan dan mempertahankan struktur fisik terumbu yang berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap abrasi. Pengeksploitasian terumbu karang dengan jalan mengambilnya akan mengakibatkan terjadinya kerusakan habitat ikan dan berbagai hewan laut lainnya. Selanjutnya, tutupan karang menjadi berkurang dan pada akhirnya menurunkan tingkat produktifitas organisme yang berdiam disana. Lebih dari itu, keindahan pemandangan taman laut akan memudar sehingga peranan terumbu karang sebagai atraksi wisata akan menghilang dan berpengaruh negatif terhadap penerimaan devisa melalui pariwisata bahari.

Terumbu karang di perairan laut Indonesia diperkirakan seluas 75.000 km2 (Direktur Bina Sumber Hayati, 1997) dengan potensi lestari sumber daya ikan sebesar 25-45 ton/km2/tahun pada kondisi yang masih baik. Pada kondisi terumbu karang yang mengalami kerusakan berat produksi ikan akan turun secara drastis menjadi sekitar 2-5 ton/km2/tahun. Pada terumbu karang yang baik panenan lestari yang dianjurkan adalah 20 ton/km2/tahun, (Soekarno et. al, 1995). Jika terumbu karang di Indonesia sebagian besar dalam keadaan baik maka dapat dibayangkan betapa besar produksi ikan yang bisa dihasilkan setiap tahun.

Namun kenyataan menunjukkan bahwa tinggal 7 persen dari seluruh terumbu karang di Indonesia yang kondisinya sangat baik, sementara sisanya sebagian besar dalam keadaan jelek dan sangat jelek, (Suharsono, 1996). Jika dihitung secara ekonomis maka nilai terumbu karang saat ini kurang lebih 70 ribu dolar Amerika per kilometer persegi dari hasil perikanan, pariwisata dan sebagai pelindung pantai terhadap abrasi. Total nilai terumbu karang Indoneisa paling sedikit 4,2 miliar dolar Amerika yang setiap tahun mengalami penurunan paling sedikit 12 juta dolar akibat kerusakan. Jika penangkapan dengan racun diganti dengan cara yang ramah lingkungan maka keuntungan yang akan dicapai diperkirakan sebesar 14,8 juta per tahun, (Republika, 12 Februari 2000).Walaupun memiliki banyak kelebihan dan kegunaan, terumbu karang merupakan ekosistem yang rapuh dan mudah rusak akibat tekanan dari aktifitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa faktor penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang secara tidak langsung yang berasal dari aktifitas manusia adalah sedimentasi, limbah industri dan rumah tangga, limbah air panas, hydrocarbon, pestisida, herbisida dan limbah radio aktif. Sementara faktor penyebab secara langsung kerusakan terumbu karang akibat perbuatan manusia adalah penambangan batu karang untuk pembuatan kapur dan penambangan pasir; pengambilan karang dan kerang untuk koleksi dan perdagangan; penangkapan ikan dengan jaring murami, racun, tombak, dan bahan peledak; dan dampak sampingan dari pengembangan pariwisata seperti pembuangan jangkar pada saat menyelam, menginjak karang bagi penyelam pemula dan sebagainya.
 

Daftar Pustaka:
http://alam-saiful.blogspot.co.id/2012/04/keindahan-dalam-estetika-kebudayaan-dan.html 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar